Cerita Elke Warga Terdampak Erupsi Gunung Ruang Betah di Asrama BLK Bitung

Bitung, VivaSulut.com – Elke Takarendaheng adalah salah satu warga terdampak erupsi Gunung Ruang yang ditampung sementara di Asrama BLK Kota Bitung.

Warga Kelurahan Balehumara Kecamatan Tagulandang Kabupaten Sitaro ini terdaftar sebagai salah satu warga terdampak erupsi yang didata Pemerintah Kota (Pemkot) Bitung per 1 Mei 2024.

Bacaan Lainnya

Elke tiba di Pelabuhan Samudera Kota Bitung menggunakan KRI Kakap bersama puluhan penyintas lainnya dan diterima Wali Kota Bitung, Maurits Mantiri.

“Saat itu, saya hanya transit karena usai didata dan dicek kesehatan langsung menuju ke Desa Watudambo Kabupaten Minut,” kata Elke, Sabtu (18/5/2024).

Ia ditempatkan di rumah salah satu warga di Desa Watudambo, namun pria berusai 50 tahun ini hanya bertahan empat hari disana dan memilih untuk kembali ke Asrama BLK Kota Bitung.

“Saya tidak enak dengan keluarga yang menampung. Tidak enak membebani mereka, makanya saya putuskan kembali ke sini,” katanya.

Pemilik usaha Elke Salon ini mengaku sangat senang ditampung sementara di Asrama BLK karena keramahan, fasilitas dan pelayanan Pemkot Bitung yang diberikan membuatnya betah.

Bahkan, ia mengaku tidak akan kemana-mana lagi dan tetap memilih untuk menetap sementara di Asrama BLK sampai ada kabar jika mereka bisa kembali ke Tagulandang.

“Di sini nyaman dan dapat keluarga baru. Semua fasilitas disiapkan pemerintah. Bukan hanya tempat tidur dan makanan serta layanan kesehatan, hiburan dan layanan rohani juga ada,” katanya.

Hanya Baju di Badan

Peristiwa erupsi Gunung Ruang masih segar dalam ingatan Elke. Baik itu saat erupsi pertama kali, Selasa (16/4/2024) malam dan Selasa (30/4/2024) malam saat Gunung Ruang memuntahkan lahar dan awan panas.

Saat erupsi pertama, Elke dalam keadaan gelap harus mengungsi ke Desa Gehei di tengah hujan batu dan debu hanya dengan baju di badan.

“Atap rumah bocor-bocor akibat batu. Kami lari sambil melindungi kepala di tengah kegelapan. Sangat ngeri malam itu,” katanya.

Setelah beberapa hari, Elke bersama warga lainnya kembali ke rumah melakukan pembersihan dan perbaikan dengan material seadanya.

“Selain membersihan debu, saya juga menutup sementara atap rumah dengan terpal karena seng penuh lubang,” katanya.

Belum hilang rasa ketakutan saat erupsi pertama, Elke bersama warga lainnya kembali harus menyelamatkan diri karena Gunung Ruang kembali erupsi, Selasa malam.

Menggunakan mobil pick up, Elke bersama warga diangkut ke Desa Gehei sambil berpacu dengan jatuhnya batu dan debu yang dimuntahkan Gunung Ruang.

Beberapa jam kemudian, dirinya bersama warga lainnya harus kembeli diangkut ke Desa Bawok karena mendapat informasi erupsi kali ini jauh lebih dasyat dan Desa Gehei masuk masuk dalam radius jangkaun batu dan debu.

“Dari Desa Bawok kami dibawa ke Desa Minanga dan ditampung di rumah ibadah,” katanya.

Dirinya bersama warga lainnya kemudian didata kemudian mengantri untuk dievakuasi menggunakan kapal dan ia masuk dalam daftar penyintas yang dievakuasi menggunakan KRI Kakap.

“Saya sempat meminta ijin untuk kembali mengambil baju, tapi tidak diijinkan karena situasi saat itu masih berbahaya dan Gunung Ruang masih mengeluarkan semburan lahar,” katanya.

Buka Salon

Kendati sudah merasa nyaman di Aula BLK karena pelayanan yang diberikan Pemkot Bitung, Elke berharap suatu waktu bisa dijinkan kembali ke Tagulandang setelah semua sudah aman.

Ia mengaku selama berada di lokasi penampungan sementara, sudah banyak tawaran yang mengajaknya untuk bekerja. Namun ia tolak dengan alasan ingin kembali ke Tagulandang untuk membenahi salon yang dimiliki.

“Saya akan membuka salon kembali di Tagulandang. Semoga situasi bisa kembali normal dan kami diijinkan untuk kembali,” katanya.

Untuk mengobati kerinduan dirinya terhadap usaha salon yang dirintisnya di Tagulandang, Elke mengaku melayani jasa menggunting rambut di lokasi penampungan.

Entah itu sesama penyintas, maupun petugas dan pengunjung yang ingin menggunakan jasa gunting rambut, ia layani.

“Untuk sementara begitu dulu, saya sudah nyaman di sini sambil menunggu kami dikembalikan ke Tagulandang. Saya tidak mau kemana-mana lagi,” katanya.

(redaksi)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *