Jakarta, VivaSulut.com — Di tengah gelombang digitalisasi yang mengubah wajah industri media, Kristy Nelwan, Head of Communication sekaligus Chair Equity, Diversity, and Inclusion (EDI) Brand Unilever Indonesia, menegaskan bahwa kekuatan media lokal tidak terletak pada teknologi, melainkan pada kemampuannya memahami karakter dan kebutuhan pembacanya sendiri.
Berbicara dalam Local Media Summit (LMS) 2025 yang digelar oleh Suara.com di Hotel JW Marriott Jakarta, Kristy mengungkapkan pentingnya bagi media di daerah untuk terus melakukan terobosan agar tetap relevan dan dipercaya publik.
“Percayalah, bahwa yang pakai AI juga tahu bicara yang paling masuk ke tetangga kita itu bagaimana. Jadi mungkin ada nih kebiasaan yang lebih tahu,” ujarnya.
Menurutnya, pendekatan berbasis kedekatan sosial membuat media mampu menghadirkan berita dan informasi yang bukan hanya informatif, tetapi juga mudah dicerna serta relevan dengan kehidupan sehari-hari audiens.
Kristy juga menyoroti bagaimana media lokal dapat menjadi jembatan antara dunia bisnis dan masyarakat dalam menyampaikan pesan tentang tanggung jawab sosial perusahaan.
“Gimana sih caranya biar konsumen kita mengerti bahwa bisnis yang bertanggung jawab dan bagus buat konsumen juga, jangan hanya ngomong saja, kan beda dengan daerah masing-masing,” katanya.
Lebih jauh, Kristy menilai media lokal memiliki potensi besar menjadi agen perubahan sosial. Ia mencontohkan bagaimana media dapat membantu publik memahami isu-isu kompleks seperti disabilitas dan tantangan hidup di lingkungan yang belum inklusif.
Selain itu, Kristy menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk menangani persoalan yang lebih luas seperti pengelolaan sampah plastik.
“Nah, kita bagaimana cara mendorong untuk berkolaborasi di lokal maupun di nasional. Seperti bagaimana kita bisa memilah persoalan sampah plastik,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Kristy juga mengingatkan ancaman serius dari maraknya penyebaran berita hoaks dan penipuan digital yang sering mengatasnamakan perusahaan besar.
“Tapi ada risiko yang kita lihat juga yakni berita hoaks, nah makanya sangat diperlukan bagi kita,” tegasnya.
Ia mencontohkan kasus penipuan lowongan kerja yang meminta investasi di awal.
“Ada beberapa contoh lowongan kerja, dengan meminta investasi kan itu masuk berita bohong, kalau kita semua di ruangan ini kita kerja itu tidak meminta investasi di depan,” tambahnya.
Unilever, lanjut Kristy, juga tak luput dari tantangan serupa.
“Nah kita juga butuh untuk menjembatani soal ini karena di Unilever ini ternyata masih ada, kita juga membutuhkan bantuan ke jembatan bisa sampai ke audiens,” jelasnya.
Sebagai perusahaan besar, Unilever terus berupaya agar nilai-nilai keberlanjutan dan tanggung jawab sosialnya dapat dipahami publik secara luas.
“Nah kita di sini melakukan bagaimana konsumen ini bisa mengerti dan bisa memahami di perusahaan kita. Nah mengenai isu juga bagaimana kita bisa merangkul audiens yang lebih memahami kemudian mau mengambil aksi,” kata Kristy.
Forum Local Media Summit (LMS) 2025 sendiri menjadi ajang tahunan bagi media lokal di seluruh Indonesia untuk berbagi strategi dan memperkuat kolaborasi lintas sektor. Mengusung tema “Unlocking Local Capital: Building Sustainable Media Market in Indonesia,” kegiatan ini berlangsung dua hari pada 7–8 Oktober 2025 di Jakarta.
Acara yang dihadiri lebih dari 100 media lokal dari berbagai daerah ini menghadirkan lebih dari 30 pembicara nasional dan internasional, termasuk dari Google, BBC Media Action, Wavemaker Group M, SAFEnet, LBH Pers, dan Unilever.
Melalui diskusi dan kolaborasi lintas sektor, LMS 2025 menegaskan kembali peran media lokal sebagai garda terdepan dalam menjaga kepercayaan publik dan melawan disinformasi di era digital.
(***/Nie)