Manado, VivaSulut.com — Integrasi jaringan energi bersih ASEAN menjadi poin strategis dalam The 41st HAPUA Council Meeting yang berlangsung di Labuan Bajo. Pertemuan tersebut menekankan kolaborasi lintas negara untuk memperkuat ketahanan energi sekaligus mempercepat transisi menuju Net Zero Emissions, dengan ASEAN Power Grid sebagai fokus utama.
Executive Director ASEAN Centre for Energy (ACE), Ir. Ts. Abdul Razid Dawood, menyampaikan pentingnya proyek interkoneksi tersebut sebagai tulang punggung transformasi energi kawasan.
“ASEAN Power Grid ini akan meningkatkan ketahanan energi bagi semua negara anggota ASEAN. Tentu saja kita juga harus mengatasi persoalan keterjangkauan sekaligus memastikan keberlanjutan energi dalam rangka mencapai target penurunan emisi karbon,” ujarnya.
Dari sisi kebijakan regional, Direktur Pembinaan Program Ketenagalistrikan, Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Wanhar, menegaskan bahwa hasil pertemuan HAPUA akan menjadi fondasi penyusunan APAEC Phase III 2026–2030, yang menempatkan interkoneksi regional sebagai prioritas utama.
“Fase baru ini menekankan pentingnya kerja sama lintas sektor, peningkatan ketahanan energi, serta mendorong transformasi energi yang adil dan inklusif,” ujar Wanhar.
Ia turut mengungkapkan bahwa para Menteri Energi ASEAN akan menandatangani The Enhanced Memorandum of Understanding of ASEAN Power Grid pada pertemuan AMEM mendatang.
Dari sisi nasional, Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, menyoroti tantangan pengembangan EBT di Indonesia serta pentingnya jaringan listrik regional sebagai solusi.
“Kami ditugaskan oleh pemerintah melalui Kementerian ESDM untuk menyediakan energi yang terjangkau dan andal, namun pada saat yang sama juga mengurangi emisi gas rumah kaca. Dengan menyediakan energi yang terjangkau ini, kita akan mengundang lebih banyak investasi, menciptakan lebih banyak lapangan kerja, menghapus kelaparan, memberantas kemiskinan, mempercepat pertumbuhan ekonomi, dan menciptakan kesejahteraan bagi rakyat,” ujar Darmawan.
Ia juga menjelaskan roadmap nasional yang menargetkan pembangunan pembangkit 69,5 GW hingga 2034, dengan 76 persen bersumber dari EBT. Tantangan geografis membuat kolaborasi kawasan menjadi kebutuhan strategis.
“Kita tidak akan mampu menanggungnya sendirian. Satu-satunya jalan ke depan adalah kolaborasi. Kolaborasi strategi, kolaborasi inovasi teknologi, kolaborasi investasi, kolaborasi domestik, regional, dan internasional,” pungkasnya.
(***/Finda Muhtar)





