Jakarta, VivaSulut.com – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengatakan anak perusahaan Antam, PT Gag Nickel sudah mulai beroperasi kembali.
Perusahaan tambang nikel ini terletak di Pulau Gag, Raja Ampat, Papua Barat Daya.
“Sudah (beroperasi) setahu saya, per hari Rabu (minggu lalu) 3 September,” kata Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara, Tri Winarno di Kementerian ESDM dilansir Katadata.co.id, Senin (8/9/2025).
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia sebelumnya menghentikan sementara operasional PT Gag Nikel Larangan sejak 5 Juni lalu.
PT Gag tidak diperkenankan untuk melakukan kegiatan produksi sampai hasil peninjauan verifikasi dari tim ESDM selesai.
Tri memastikan perusahaan tersebut saat ini sudah mulai beroperasi.
Dia menyebut keluarnya izin operasi kembali ini salah satunya mengacu pada hasil evaluasi Kementerian Lingkungan Hidup, Gag Nickel mendapatkan Proper Hijau.
Proper Hijau adalah program Kementerian Lingkungan Hidup untuk menilai kinerja kepatuhan lingkungan hidup sebuah perusahaan.
“Kalau Proper Hijau artinya dia sudah taat pada semua tata kelola lingkungan, dia juga sudah melakukan pemberdayaan masyarakat,” ujar Tri.
Tri menyebut keputusan kembali beroperasinya Gag Nickel berasal dari lintas kementerian.
Baik itu Kementerian ESDM, Kementerian Lingkungan Hidup, serta Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Pencabutan operasi Gag Nickel salah satunya berasal dari hasil laporan jaringan kampanye global, Greenpeace, yang menemukan aktivitas pertambangan di sejumlah pulau Raja Ampat, seperti Gag, Kawe, dan Manuran.
Ketiga pulau ini berkategori kecil dan seharusnya tidak boleh ditambang menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil.
Eksploitasi nikel di ketiga pulau itu telah membabat lebih dari 500 hektare hutan dan vegetasi alami khas setempat.
Sejumlah dokumentasi pun menunjukkan adanya limpasan tanah yang memicu sedimentasi di pesisir, yang berpotensi merusak karang dan ekosistem perairan Raja Ampat, Papua Barat.
Perairan Raja Ampat merupakan rumah bagi 75% spesies coral dunia dan punya lebih dari 2.500 spesies ikan. Daratannya memiliki 47 spesies mamalia dan 274 spesies burung.
UNESCO juga telah menetapkan kawasan Raja Ampat sebagai global geopark.
(redaksi)





