Kotamobagu, VivaSulut.Com – Program Biokonversi Sampah Organik berbasis pemberdayaan masyarakat resmi menjadi bagian dari langkah awal prioritas pembangunan Kota Kotamobagu di bawah kepemimpinan Wali Kota Weny Gaib dan Wakil Wali Kota Rendy Virgiawan Mangkat.
Program ini masuk dalam agenda 100 Hari Kerja Wali Kota dan Wakil Wali Kota Kota Kotamobagu, sebagai bentuk komitmen nyata dalam penanganan sampah organik dengan pendekatan yang ramah lingkungan, partisipatif, dan berdampak langsung terhadap penguatan ekonomi masyarakat.
Bertempat di ruang kerja Sekretaris Kota Kotamobagu, Pusat Pendidikan Mondowana mempresentasikan rancangan program ini di hadapan Sekretaris Daerah Kota Kotamobagu, Bapak Sofyan Mokoginta, bersama sejumlah pimpinan OPD terkait, yakni Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Fenty Dilasandi Miftah, dan Kepala Bagian Hukum Pemkot Kotamobagu.
Hadir mewakili Pusat Pendidikan Mondowana yaitu Direktur Eksekutif Siti Hadija Junaidi, Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat Syarif Rakhmat Mokoginta, dan Direktur Divisi Ketahanan Pangan dan Pembangunan Berkelanjutan Affandi Basso, yang juga merupakan petani otodidak dan penyuluh pertanian swadaya yang telah mengembangkan budidaya maggot rumahan berbasis pengolahan sampah skala rumah tangga.
Program ini digagas atas dasar data Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Kotamobagu tahun 2023 yang mencatat volume sampah mencapai 1.800 ton per bulan, dengan sekitar 50% di antaranya merupakan sampah organik. Setiap hari, sampah organik ini menumpuk dan membusuk, menjadi persoalan mendesak yang membutuhkan solusi lintas sektor.
Dalam pertemuan tersebut, Sekretaris Kota Kotamobagu Sofyan Mokogunta menyampaikan dukungan penuh atas inisiatif ini.
“Program Biokonversi Sampah Organik ini sangat inovatif karena tidak hanya mengatasi permasalahan sampah, melainkan juga menyentuh delapan sektor pembangunan,” ujar Sofyan Mokoginta.
Senada dengan itu, Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan juga menyambut baik kolaborasi dengan NGO seperti Pusat Pendidikan Mondowana.
“Kami membutuhkan kerja kolaboratif multipihak untuk mewujudkan visi Pemkot Kotamobagu yang BERSAHABAT: Berkemajuan, Sejahtera, Berbudaya, dan Inovatif,” ujar Fenty Dilasandi.
Wali Kota Kotamobagu, Weny Gaib, sebelumnya juga telah memberikan dukungan langsung pada audiensi awal bersama Pusat Pendidikan Mondowana di awal April 2024.
“Ini merupakan komitmen kami sejak masa kampanye untuk melaksanakan program pengolahan sampah berbasis pemberdayaan masyarakat,” tegas Wali Kota.
Dalam arahannya, Wali Kota juga meminta agar tim Pusat Pendidikan Mondowana melanjutkan diskusi teknis bersama Sekretaris Kota dan OPD terkait.
Program ini tidak hanya menargetkan pengurangan volume sampah organik, tetapi juga menghasilkan produk pakan ternak (maggot segar, maggot kering, dan tepung maggot) serta kompos padat (kasgot) tersertifikasi yang terjangkau bagi petani dan peternak tradisional. Selain itu, program ini akan melahirkan kelompok-kelompok usaha kreatif yang dikelola secara profesional, serta menjadi laboratorium pembelajaran untuk sekolah dan komunitas di Kotamobagu.
Dengan masuknya program ini dalam 100 Hari Kerja Wali Kota dan Wakil Wali Kota, harapannya Kota Kotamobagu akan menjadi model pengelolaan sampah organik berbasis masyarakat yang inklusif, berkelanjutan, dan berdampak luas.***