Sangihe, VivaSulut.com — Bupati Kepulauan Sangihe Michael Thungari, menegaskan bahwa segala bentuk kekerasan terhadap anak tidak dapat dibenarkan. Hal itu disampaikannya saat membuka kegiatan Pentas Seni, Lomba, dan Kampanye Perlindungan Anak di Aula GMIST Yerusalem Enemawira, Selasa (13/5/2025).
Dalam sambutannya, Bupati Michael Thungari menyoroti tantangan yang dihadapi anak-anak di era digital. Ia mengingatkan bahwa teknologi informasi, jika tidak dimanfaatkan secara bijak, dapat menjadi ancaman serius bagi tumbuh kembang anak, termasuk menggerus nilai-nilai budaya dan moral.
“Teknologi bisa menjadi ancaman yang menggerus nilai budaya. Tapi jika dimanfaatkan dengan baik, bisa memperkuat keterampilan dan karakter anak-anak kita,” ujar Thungari.
Ia juga menekankan pentingnya peran keluarga, sekolah, gereja, dan lembaga pengembangan anak dalam memberikan pendidikan karakter, perlindungan dari kekerasan, serta pembekalan keterampilan hidup.
Bupati mengungkapkan keprihatinan atas data yang mencatat tujuh kasus kekerasan terhadap anak di Sangihe dalam setahun terakhir. “Ini bukan sekadar angka. Satu saja sudah terlalu banyak. Ini harus menjadi peringatan bagi kita semua,” tegasnya.
Untuk itu, Thungari mengajak semua elemen masyarakat, mulai dari aparat penegak hukum, pemerintah daerah, gereja, hingga masyarakat luas, untuk bersama-sama mengampanyekan perlindungan anak dan menciptakan lingkungan yang aman serta mendukung.
“Saya titipkan anak-anak kita kepada semua pendamping, orang tua, guru, dan pemimpin gereja. Mari bentuk mereka menjadi pribadi tangguh, berakhlak, dan menjadi agen perubahan untuk masa depan Sangihe,” ujarnya.
Kegiatan ini turut dimeriahkan dengan berbagai lomba yang mengangkat tema perlindungan anak, seperti lomba poster, pidato, dan pentas seni. Fasilitator Kerjasama Cluster Sangihe, Polinus Laia, menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari inisiatif Pusat Pengembangan Anak (PPA), hasil kolaborasi antara Compassion dan gereja-gereja lokal.
“Saat ini ada 17 gereja mitra Compassion di Sangihe yang melayani sekitar 3.000 anak. Perlindungan anak adalah salah satu fokus utama dalam pelayanan kami,” kata Laia.
Ia berharap, melalui kegiatan ini, kesadaran masyarakat tentang pentingnya perlindungan anak semakin meningkat, serta terbangun komitmen bersama untuk menciptakan ruang tumbuh yang sehat dan aman bagi generasi penerus. (Nie)